Rabu, 31 Juli 2013

Legendary Hunter Story episode 11 : Debt in the Past

Sebelumnya, Marco dan Flinch menuntaskan misi barunya, dimana mereka berdua memburu Gypceros untuk yang pertama kalinya. Dan sekarang, mereka berencana untuk membuat armor dan senjata baru dari item G. Plesioth. Bagaimana kelanjutan ceritanya?, langsung simak berikut ini.

            Mereka yang dalam perjalanan menuju blacksmith, tiba-tiba bertemu Royzen dan Lord di tengah perjalanan. “hei, kalian berdua mau kemana?” tanya Marco. “kami mau ke blacksmith guna membuat armor dan senjata baru, lalu kalian sendiri mau kemana?” jawab Royzen yang balik bertanya. “kebetulan, kami juga akan ke blacksmith. Sebaiknya jalan bersama saja menuju Blacksmith”. Setelah percakapan singkat itu, mereka semua pergi bersama-sama ke tempat yang sama pula.

            “yooo, nekk. Lama tidak jumpa, masih ingat aku kan?” sapa Marco. “enggg, kau siapa?”, gloddaaaakk, “dasar si tua pikun ini memang mengesalkan -_-‘a” bisiknya pelan-pelan. “bwahahaha, sabar-sabar. Dia memang udah tua, jadi maklum kalau dia pikun” Royzen mencoba menghiburnya “aku Marco, masa’ tidak ingat”, “oh, kau rupanya. sudah 10 hari aku tidak melihatmu serta Flinch” tanya nenek blacksmith, “kau juga Lord, dan enggg… siapa namamu??”
“Fffuuuuu…. Ternyata dia juga lupa namaku” bisiknya ke Marco. “I know that feel, bro” Marco memeluk Royzen. Bletakkk, bletaakkkk, Flinch dan Lord menjitak kepala partner masing-masing. “sudah kubilang, jangan bertingkah bodoh lagi, Marco”, “kau juga Roy, seingatku kau belum memperkenalkan dirimu ke nenek blacksmith, jadi maklum saja kalau dia tak tahu namamu”, “gyahahaha, jadi, dari mana saja kalian?” tanya sang nenek Blacksmith.

 “kami semua dari kota Oasis nek, ada Urgent Quest yang harus kami selesaikan disana” jawab Flinch. “wah wah wah. Pantas saja 10 hari ini aku tidak menemui beberapa hunter baru yang menjadi langgananku, lalu apa yang ingin kau buat dengan itu?” nenek bertanya pada Lord yang membawa kantong material berisi item-item dari Purple Gypceros. “apa yang bisa kudapat dengan ini?” Lord menunjukkan isi kantong itemnya. “SnS Deadly Battle Axe (DBA), bentuknya seperti kapak, punya elemen racun, ketajaman lumayan, ringan serta sangat mudah membuat monster terkena efek racun, tertarik?”, “hmmm, sepertinya menarik bisa membuat monster keracunan. Baiklah kami ambil DBA, berapa biayanya dan butuh berapa lama untuk membuatnya?” tanya Lord sekali lagi. “biayanya 13.970 z dan  proses pembuatannya memakan waktu 3 hari, selain itu item kalian kurang 2 P. Rubbery Hide dan 2 Poison Sac. Burulah P. Gypceros sekali lagi. Cari item-item yang aku butuhkan” terang nenek pada Lord. “baiklah nek, kami akan pergi berburu lagi. Kami duluan, Flinch, Marco. daaah”, Lord dan Royzen meninggalkan mereka berdua lalu pergi ke bar untuk mengambil misi lagi. “selanjutanya Flinch, kau mau buat apa dengan item itu?”

            “apa anda bisa membuatkan kami armor atau senjata dari item G. Plesioth ini?” Flinch yang memperlihatkan isi kantong itemnya. “aku bisa membuatkan kalian 1 set armor Plesioth U dan GS elemen air Plesioth Azure Blade, tapi itu bukan untuk masing-masing orang. Jadi siapa yang akan memilih armor dan siapa yang akan memilih senjata?” jawab nenek yang kembali bertanya pada mereka berdua. Flinch dan Marco berunding untuk menyepakati siapa yang akan memegang GS tersebut dan siapa yang akan memakai armornya. Setelah mereka berdua mencapai titik sepakat, “aku yang akan mengambil GS nya nek, biar Flinch yang mengambil armor” ujar Marco. “baiklah, untuk biaya pembuatan GS 58.340 z lalu untuk armor dikenai biaya sebesar 87.000 z. Jadi total semuanya 145.340 z” tutur nenek yang menerangkan rincian harga. “wuahhhh, mahal sekali nek harganya, apa tidak ada diskon atau semacamnya?” Marco protes. “senjata dan armor yang akan kalian terima ini dalam tingkat Medium, yang artinya hampir mendekati terkuat. Jadi wajarlah kalau biayanya segitu, lalu proses pembuatannya akan makan waktu seminggu” terang nenek. “ya sudahlah kalau begitu nek, kami akan mengumpulkan uang terlebih dahulu, terima kasih” salam Flinch,

“kau duluan saja Flinch, ada hal yang ingin kutanyakan pada nenek Blacksmith” ujar Marco, “baiklah, kalau kau mencariku aku ada di kedai ramen” Flinch pun meniggalkan Marco di toko Blacksmith. “nek, ingat tidak waktu aku memperkenalkan diri terus nenek langsung merespon ketika mendegar nama klanku?” lanjutnya. “Engggg” nenek yang berusaha mengingat-ingat kejadian itu. 

*FLASHBACK*
“terima kasih nek, oh ya aku lupa selama ini aku belum memperkenalkan diri pada nenek. Namaku Marco Bakura nek dari klan Bakura salam kenal” tutur Marcco yang sedang memperkenalkan dirinya. “klan Bakura?. Hemmmmm, sepertinya aku ingat sesuatu” kata nenek. “apa itu nek, jangan membuat aku penasaran ceritakan saja” ujar Marco penasaran. “tapi ceritanya lain waktu saja aku tidak ada waktu. Sekarang kembalilah dan pergi berburu sana. sebelum pergi, tolong bantu aku menata barang-barang ini” jawab nenek. “cih, baiklah” tutur Marco.
*FLASHBACK END*

            “ya, aku ingat, aku memang berkata itu” lanjut nenek, “lalu, apakah nenek tahu Gotzui Bakura?”, “itu dia, setelah mendengar nama klanmu aku selalu teringat tentang dia” terang nenek. “dia itu ayahku nek, lebih tepatnya ayah angkat sih” Marco yang berusaha meyakinkannya. “ohh, jadi kau ‘anak’ yang dimaksud oleh Gotz. Apakah kau bermaksud menutupi semua hutang Gotz yang ada padaku?” tutur nenek blacksmith. “ha???, apa maksud nenek?”. Nenek pun menceritakan secara singkat masa lalunya dengan Gotz, ayah angkat dari Marco

*FLASHBACK*
Dipagi yang cerah, Gotz hendak pergi ke Blacksmith untuk membuat senjata baru. “pagi nek, aku mau membuat senjata nih” sapanya, “huuuooo, (krontaangg krontaangg) kau lagi kau lagi. Bayar dulu semua hutangmu, baru kubuatkan senjata,” kesal nenek Blacksmith yang melemparnya dengan panci
*FLASHBACK END*

 “-_-‘a , wah nenek, bukan itu yang ingin kudengar, tapi  kisahnya sebagai Hunter dan pengabdiannya pada Dragon Killer”, “sebagian besar yang kuingat cuma hutang-hutangnya, tapi ada kalanya dia bercerita tentang kau” terang nenek, “ceritakanlah nek” pinta Marco
*FLASHBACK*
            Musim summer 14 tahun yang lalu, dipagi yang cerah Gotz hendak menjalankan misi High Rank (HR) Charming yang dimana dia akan berburu 2 jenis Rathian secara solo. Tapi sebelum itu dia pergi ke toko blacksmith untuk mengupgrade SnS Princess Rapier+ miliknya. “yoooo nek, apa anda bisa mengupgrade pedang ini?, jadikan lebih beracun lagi dan tambahlah ketajamannya sedikit kalau bisa’ pinta Gotz yang baru datang ke toko itu. “aku bisa meningkatkannya menjadi Queen Rapier, nanti akan kusesuaikan dengan permintaanmu tadi”, “huaaaa, yang benar nek, kalau begitu material apa saja yang harus kukumpulkan?” tanya Gotz girang. “1 Rathian Spike+, 3 Rathian Shell+ dan 1 Rathian Ruby. Carilah 3 item itu, begitu kau sudah mengumpulkannya kembali kesini” terang nenek, “kebetulan sekali nek, aku akan mengambil misi Charming, aku akan menjalankan misi dulu, dah”.

Gotz pergi meniggalkan Blacksmith dan pergi ke bar dengan armor Monodevil serta senjata Death Venom Monster miliknya. Setelah sampai didungeon Jungle, dia langsung memburu Ian (panggilan Rathian) diarea 3 terlebih dahulu. Begitu bertemu dengan targetnya, pertarungan pun dimulai. Gotz membiarkan dirinya diserang oleh Ian untuk mengaktifkan Adrenaline. Setalah cukup babak belur oleh serangan Ian, Gotz langsung menyerang dengan serangan Super Pound terus menerus hingga Ian terkena faint. Begitu Ian sadar monster itu langsung terkena racun dari senjata Gotz. Tak ingin targetnya kabur begitu saja, Gotz langsung melempar Flash bomb kearah Ian. Kesempatan emas itu tak disia-siakan salah satu Dragon Killer itu, dia menghantam kepala Ian terus menerus hingga menjemput ajalnya. Gotz pun langsung mencari item-item yang dicarinya. “sialan ditubuhnya tidak ada Ruby. Semoga saja ditubuh Pink Ian ada item itu” gumannya dalam hati.



Begitu selasai dengan Ian, dia mencari subspeciesnya yaitu Pink Rathian. Menurut insting tajam Gotz, monster itu berada di area 7, dan dugaannya benar. Pertarungan sengit kembali terjadi. Gotz memasang Shock Trap, Pink Ian itu lari menuju ke arahnya dan jebakan itu berhasil. Gotz langsung menyerang kepala monster itu, selepas terkena stun, Pink Ian langsung kena efek faint dilanjutkan dengan efek racun. Setelah mendapat serangan-serangan yang dilancarkan hunter yang bergelar Thunder Emperor itu, Pink Ian tumbang.



“akhirnya dapat juga Ian Ruby. Saatnya kembali ke desa” batinnya girang. Setalah mengambil reward atas misinya, Gotz langusng ke Blacksmith untuk mengupgrade SnS Princess Rapier+ miliknya. “nih nek, itemnya, berapa biayanya??” ujarnya sambil memberikan kantong item. “120.000z, apa kau punya uang ha???, cicilanmu untuk mengupgrade Death Venom Monster kurang 20.000z dan untuk armor Monodevil masih kurang 30.000z” tutur nenek dengan menodongkan palunya. “wah nenek meragukanku???, nih aku bawa 100.000z. Aku akan tutup hutang Hammer dan armor itu. Sisanya untuk biaya upgrade SnS ini, berarti kurang 70.000z” ujarnya untuk meyakinkan nenek itu. “gyahahaha, baru menutup hutang lama kini kau buka hutang baru. 70.000z itu cukup banyak, kapan kau akan melunasinya ha??”
“ayolah nek, aku kan juga manusia. Kalau semua uangku kuberi pada nenek, nanti aku makan apa?, aku kan juga harus mengurus ‘anak’ itu” Gotz yang tak patah semangat untuk meyakinkannya. Lalu dia menceritakan perjuangan beratnya saat berburu 2 Rathian,

“dari dulu alasanmu cuma itu-itu saja, kalau gak ‘anak’ itu, ya kehidupan. Baiklah baiklah, akan kuberi kau hutang lagi. Tapi jangan lama-lama untuk membayarnya. Karena toko ini dalam masa renovasi aku juga butuh biaya” kata nenek yang berbaik hati pada Gotz, “huaaa, terima kasih nek, anda memang luar biasa. Kapan selasainya?, soalnya 2 minggu lagi aku akan bergabung kembali dengan Tim Delta lagi untuk berburu bersama” tanya Gotz. “akan kuselesaikan dalam waktu seminggu, sekarang aku dan orang-orangku akan bekerja dulu. Sana, jangan ganggu aku”

Gotz pergi meninggalkan toko tersebut dan pergi keluar desa entah kemana. Seminggu kemudian, dia kembali lagi ke desa Jumbo untuk mengambil senjata yang telah disempurnakan oleh nenek Blacksmith. “wah wah, bentuknya lebih elegan dari sebelumnya, ditambah lagi ada potongan ruby dari ian” Gotz yang terkagum-kagum dengan senjata barunya. “SnS itu memiliki status racun yang tinggi, juga sharpness nya aku tambah sehingga tak mudah tumpul. Itu semua sesuai permintaanmu” ujar nenek yang masih berusia 60 tahun tersebut. “terima kasih nek, oh iya aku ada uang 20.000z hasil dari reward berburu dan menjual item-item monster. berarti kurang 50.000z” balas Gotz sambil menyerahkan kantong uangnya.
*FLASHBACK END*

            “itu sih masih cerita hutangnya nek, sebenarnya ada berapa banyak hutangnya” potong Marco. “150.000z, itu setara dengan harga pembuatan LS Wyvern Katana Maple” balas nenek. “banyak sekali hutangnya. Tapi tenang saja nek, aku akan membayar semua itu kalau aku punya uang banyak” tutur Marco. “dilihat dari tampangmu, kau seperti orang tak berduit” nenek meragukan kata-kata Marco. “wah nenek, sekarang aku memang tidak punya uang, tapi aku akan menutupi semua hutangnya. Aku akan sisihkan sebagian uang reward” balas Marco. “ya ya ya, akan kupegang kata-katamu itu”
“lalu bagaimana dengan pengabdiannya terhadap Dragon Killer” lanjutnya. “mana kutahu, tanya saja ke sesama anggota Dragon Killer. Kau kira aku buku sejarah apa? Yang bisa tahu sejarah ini dan itu?” ucap nenek geram. “hahaha, aku kira anda tahu, karena anda salah satu tetua desa, kalau begitu aku menyusul Flinch dulu nek, terima kasih atas cerita yang ‘menyenangkan’ itu -_-, dah” Marco pergi meninggalkan toko Blacksmith.

Diperjalanan ke kedai ramen, dia bertemu Kazuo dan Tetzuo beserta Chief desa Jumbo. “wah, wah, kebetulan sekali aku mencarimu dan kau ada disini, aku ingin bicara denganmu, ikutlah kerumahku” perintah Chief, “lho lho, ada apa ini kenapa mendadak sekali” Marco kebingungan. “sudahlah ikut saja” balas Kazuo singkat. Setelah memasuki rumahnya, Chief langsung menceritakan apa yang dirundingkannya semalam dengan T.K. Brother. “jadi begitu, kapan aku bisa menemui Daemon Strife” kata Marco. “jika ada balasan dari surat yang kukirim, akan kusampaikan padamu. Jaga tubuh dan mentalmu, kau akan segera bergabung dengan kami, Marco” balas Tetzuo. “osshhh, aku siap kapanpun kalian panggil” tutur Marco dengan tampang tersenyum.

Kini perjuangan Marco serasa semakin dekat untuk membalaskan dendam ayahnya begitu masuk ke organisasi tertinggi para hunter yaitu Dragon Killer. Bagaimana surat yang dikirimkan Kazuo?, apakah akan dibalas oleh sang ketua, Daemon Strife. To Be Continued…….

Part 11 End

Story Writer : Rojik Ojik

Pengisi Cerita :

Dani Gaido as Daemon Strife
Roy Flasher as Royzen

Priyadi Jati permana as LordFighter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

budayakan berkomentar pada kolom yang tersedia dengan sopan. Jika ingin mengcopy isi blog harap disertakan sumbernya dan meminta ijin terlebih dahulu, hargai penulisnya. Salam Blogger :D