Senin, 18 Maret 2013

Legendary Hunter Story episode 4 : Urgent Quest


Pada kisah sebelumnya, Marco dan rekannya berhasil melaksanakan misi pertamanya yakni “Jungle Menace”. Kini misi-misi berikutnya yang lebih berat telah menanti mereka. Untuk menjalankan misi ini dia membuat senjata baru. Seperti apa misi Marco yang berikutnya ? Langsung saja simak ceritanya.

Zrassshhhh. Ctarrrr, hujan yang lebat ditemani suara petir menggelegar mengguyur desa Jumbo. Sementara itu di kamar Marco dan Flinch terjadi perbincangan antara mereka berdua. “oi Flinch, aku bosan dengan armor dan senjata ini. Aku ingin membuat senjata dan armor baru dengan material yang telah  kukumpulkan” keluh Marco. “kau ini, baru saja dipakai sudah bosan. Tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga omonganmu tadi, tapi material yang kita kumpulkan masih sedikit. Besok saja kita tanyakan ke nenek Blacksmith apakah dia bisa membuatkan kita armor dan senjata dengan material yang kita punya” Jawab panjang Flinch. “kenapa tidak sekarang?, lebih cepat lebih baik tau” ujar Marco. Bletaakkk. “apa kau tidak lihat. Sekarang sudah malam dan keadaan diluar hujan lebat bodoh. Besok pagi saja, sekarang kau tidur sana” jawabnya sambil menjitak kepala Marco. “ughh, iya iya” Kata Marco dengan memegang kepalanya.


Keesokan harinya…. Setelah Marco bangun tidur, dia langsung menuju ke toko Blacksmith “halo nek, kita berjumpa lagi” Sapa Marco. “ada perlu apa kau datang kesini pagi-pagi sekali, aku baru saja mau buka” Blacksmith. “nek, apa kau bisa membuatkan aku armor atau senjata dengan kepala Kut-ku ini?” Tanya Marco. “hemmm, dengan ini aku bisa membuatkanmu 2 tipe senjata, tapi pilihlah salah satu. Hammer Kut-ku Pick atau Light Bowgun (LBG) Kut-ku Anger” Jawab nenek.

“ehmmmm, aku pilih …….  Enggg, apa ya LBG atau Hammer?” Marco yang sedang bimbang. “cepatlah memilih aku tidak bisa menunggumu seharian. Buatlah keputusan” Bentak nenek. “buset dah, jangan marah begitu nek nanti cepat tua lho haha” kata Marco. bletakkkk, “aku ini memang sudah tua” kata nenek yang marah sambil memukul Marco dengan sapu yang dibawanya. “baiklah baiklah (memegang kepalanya). Aku plih Hammer Kut-ku Pick, berapa biayanya dan kapan selesainya nek?” Marco bertanya. “biayanya 15580z dan waktu pembuatannya butuh 1 hari” sahut nenek. “yah, uangku masih 4000an nek. Berarti aku harus menabung dulu sampai cukup untuk membayarnya” ujarnya. “sekalian juga kau kumpulkan material untuk membuat armor. Aku merekomendasikan armor velocyprey saja. Bagus untuk pemula sepertimu. Bagaimana ?” nasehat nenek pada Marco. “wah boleh juga saranmu, materialnya apa saja. Nanti akan kucarikan” kata Marco. “sebentar, biar aku tulis dulu materialnya sekalian dengan senjata. Ini dia bahan yang diperlukan ada di kertas itu. Total biaya pembuatan 21.580z jika ingin upgrade armor bilang saja nanti kubuatkan” sahut nenek.

“terima kasih nek, oh ya aku lupa selama ini aku belum memperkenalkan diri pada nenek. Namaku Marco Bakura nek dari klan Bakura salam kenal” tutur Marcco yang sedang memperkenalkan dirinya. “klan Bakura?. Hemmmmm, sepertinya aku ingat sesuatu” kata nenek. “apa itu nek, jangan membuat aku penasaran ceritakan saja” ujar Marco penasaran. “tapi ceritanya lain waktu saja aku tidak ada waktu. Sekarang kembalilah dan pergi berburu sana. sebelum pergi, tolong bantu aku menata barang-barang ini” jawab nenek. “cih, baiklah” tutur Marco.

Setelah terjadi perbincangan yang panjang lebar dengan nenek Blacksmith, Marco kembali ke asrama untuk mengajak teman sekamarnya pergi berburu. “kemana saja kau ini ?, dari tadi aku cari tidak ada.” Tanya Flinch. “aku dari toko Blacksmith, untuk menanyakan soal pembuatan armor dan senjata.” Jawab Marco. “kenapa kau tidak mengajakku?  aku ingin menanyakan juga. Sekarang kau ikut aku ke toko blacksmith. Pakai armor serta senjatamu juga, begitu selesai bertanya langsung mengambil misi.”perintahnya. “okidokie kapten, hahahaha” tutur Marco gembira.

Sesampainya disana, Flinch membuka awal perbincangan. “selamat pagi nek, kenalkan aku Flinch Kuro temannya Marco”.  “oh kau temannya si bodoh itu, ada perlu apa kesini?” jawab nenek. “hoy nek, aku ada disini dan aku dengar yang kau katakan barusan” kata Marco dengan muka cemberut. “stt, bersikaplah sopan dia lebih tua dari kita.” Bisik Flinch. Bletaakkkkk, “siapa yang kau bilang tua. aku masih muda, umurku baru 50 tahun” ujar nenek yang murka. “ugh, hey bukan aku yang mengatakan itu” Marco yang semakin cemberut. “hahaha (^_^),  sudah-sudah. Nek, apa kau bisa membuatkan aku sesuatu dari material ini? (menunjukan kantong yang berisi material kut-ku dan kepala bulldrome)” tanya Flinch “ (o.o’) wah, aku bisa mebuatkanmu armor Kut-ku dan senjata Bull Task Hammer dari kepala bulldrome. Bagaimana, apa kau tertarik?” kata nenek yang menanya balik Flinch, “boleh juga, bisa kau tuliskan materialnya nanti kucarikan” tutur Flinch dengan sopan. “tada, ini dia (memberikan secarik kertas pada Flinch). Sekarang pergilah berburu dan jangan kembali kesini sampai kau dapat semua material yang kubutuhkan” ujar nenek pada mereka berdua.

Mereka pun akhirnya pergi dari toko Blacksmith dan sekarang menuju ke bar desa untuk mengambil misi. Di perjalanan mereka sempat berbincang-bincang. “wah, kita akan mendapat armor dan senjata baru nih. Aha aku punya ide!, gimana kalau kita taruhan siapa yang bisa mengumpulkan material lebih cepat dia yang menang. Berani gak?” Marco yang menantang rekannya. “siapa takut. Tapi material armormu kelihatannya lebih mudah didapat sedangkan material armorku lebih susah untuk didapat. Waktunya biar aku yang tentukan, 3 hari 2 malam dimulai dari sekarang dan yang datang ke toko Blacksmith duluan setelah material terkumpul semua dia pemenangnya. Bagaimana?” Flinch yang menantang balik partnernya. “oke, aku terima. Aku pasang 3000z. kau?” kata Marco serius. “aku pasang 5000z, pasti aku yang menang. Deal?” kata Flinch dengan yakin “ok, deal. Mulai sekarang kita mengambil misi yang berbeda. Aku mengambil misi V-drome (panggilan velocydrome)” Marco yang bersemangat. Sesudah bertaruh, mereka langsung mengambil misi masing-masing dan menjalankan misi yang telah diambil.

Dengan semangat yang membara, Marco berjuang agar tidak kalah dengan rekan sekaligus rivalnya kali ini. Setelah beberapa hari tubuhnya mulai kelelahan  karena melawan beberapa kawanan V-drome. Bukan hanya itu dia diharuskan mining pada dinding-dinding gua untuk mendapatkan ore yang dibutuhkan Blacksmith.



              Begitu juga dengan Flinch, dia tak mau kalah dengan Marco. Dia juga yakin kalau dialah pemenangnya. Tenaganya juga terkuras karena kewalawan menghadapi Kut-ku berkali-kali agar dapat material darinya. Dia juga disuruh mining pada dinding gua sama seperti temannya.


3 hari sudah berlalu…. Hingga pagi menjelang sore. “haah, leganya akhirnya semua material sudah kukumpulkan, pasti Flinch kalah mutlak. Wuahahahahaha.” Tawa Marco terbahak-bahak. Tiba-tiba di toko Blacksmith. “yo, Marco. kenapa lama sekali. Hahaha” Kata Flinch menertawakan rekannya. “tidaaaakkkk , kenapa ini terjadi padaku. Huaaaaaa.” Teriak Marco histeris. “hahahaha, ingat kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Sudahlah ayo bayar 3000z sesuai janjimu” ujar Flinch dengan menjulurkan tangan ke Marco. “iya iya, hunter sejati selalu menepati janjinya dan tak akan pernah mengingkari janjinya. Nih, 3000z” balas Marco kesal sambil memberikan uangnya pada Flinch. “nah nek, ini biaya kekuranganku tadi. Sekarang sudah lunas kan” Tanya Flinch. “ya, hey bodoh  mau bikin armor tidak?” gurau nenek pada Marco. “jangan memanggilku seperti itu dong nek, uangku masih kurang 5000z nih gara-gara kalah taruhan, aku akan jual material yang tak perlu dulu. Baru kembali kesini” Marco pamit pada nenek.

Setelah menjual beberapa materialnya dia datang lagi ke toko Blacksmith dengan berlari kencang. “hah hah hah hah, ini kantong materialnya dan ini biayanya. Kapan selesainya nek?” Marco yang sedang terengah-engah. “besok sore sudah bisa kalian ambil. Akan kukerahkan semua kemampuanku. Sekarang kembalilah ke asrama dan beristirahatlah dengan tenang, gyahahahaha” gurau nenek. “kami masih belum mati nek (*_*’)a” tutur Flinch.

Mereka berdua kini kembali ke asrama dengan kelelahan. “aku sekarang semakin tidak sabar untuk mengenakan armor dan senjata baru. Kira-kira seperti apa bentuknya? Ehmmm (o_0’)a ” Marco dengan rasa penasarannya. “heh, dasar tukang penasaran awas kalau sampai terbawa mimpi dan kau mengigau lagi tentang armor itu. Gara-gara kau selalu mengigau aku jadi tak bisa tidur dengan tenang. Untung aku menang taruhannya. Hahahaha”  tawa Flinch terbahak-bahak. “hmmm, jangan-jangan kau curang, pada saat aku tidur kau mencuri materialku lalu menjualnya” Kata Marco dengan penuh keyakinan. Bletaaakkk “jangan berpikir yang tidak-tidak, hunter sejati tidak akan melakukan hal curang seperti itu. Apalagi terhadap teman sekamarnya. Sudahlah, badanku capek aku ingin lekas tidur” ujar Flinch menjitak kepala Marco

Setelah melewatkan malam yang panjang hingga fajar menjemput, mereka kembali beraktifitas seperti biasa yaitu berburu monster.  Tapi, tiba-tiba di kediaman Chief Jumbo ada seekor burung merpati pengantar surat. “pagi-pagi begini dapat surat apa? (sambil membaca surat). Sepertinya kota Oasis sedang dalam genting. Sebaiknya aku kirim 12 hunterku untuk pergi kesana, baiklah saatnya menuju bar” ujar Chief.

Sementara itu di bar desa, “quest apa lagi yang akan kuambil?” Marco kebingungan. “hey, hunter muda. daripada kau bingung mengambil misi, aku punya quest khusus untukmu. Berburu monster di dessert sebelah timur kota Oasis. Mau tidak?” potong Chief.  “menarik!. Kebetulan juga aku ingin ‘jalan-jalan’ keluar desa. Boleh mengajak seorang teman?” Tanya Marco. “boleh saja, kalau begitu aku juga akan mengirim 6 hunter baru lainnya dan 4 hunt instructor untuk menangani quest disana. Kita berangkat malam ini dengan balon udara di gerbang utara desa. Jangan mengambil misi untuk pagi ini, istirahatlahlah saja. Bawa bekal, armor serta senjata terhebatmu” lanjut Chief. “ok, terima kasih infonya. Aku juga akan mengetes armor dan senjata baruku disana. Info ini  akan kusampaikan pada temanku” ujar Marco gembira.

Setelah mengetahui info itu, dia bergegas mencari temannya untuk memberi tahu info. “disini kau rupanya” kata Marco. “ada apa mencariku?” Tanya Flinch. “aku dapat misi dari Chief berburu monster di dessert dekat kota Sosis” jawab Flinch. “bwahahahaha, mana ada kota Sosis mungkin maksudmu kota Oasis” tawa Flinch. “ya itu maksudku, tunggu dulu kenapa kau tahu” Tanya balik Marco. “entahlah, tebakan yang beruntung” jawab singkat Flinch. “aku akan mengajakmu kesana. Malam nanti kita akan berangkat dan jangan mengambil misi pagi ini. Itu perintah Chief padaku” jelasnya. “baiklah akan kuturuti perintah dari Chief” tutur Flinch. Mereka pun keluar dari bar dan berkeliling desa hingga sore menjemput.

Pukul 16.00 di desa Jumbo sebelum keberangkatan Marco dan kawan-kawan ke kota Oasis. Marco serta Flinch tidak lupa akan armor dan senjata barunya.  Mereka langsung mendatangi toko Blacksmith. “nek, apakah sudah selesai pesanan kami” tutur Flinch. “ya ini dia. Untuk Flinch, armor Kut-ku serta Bull Task Hammer cdan kau Marco armor Velocyprey serta Kut-ku Pick.  Ruang ganti disebelah kanan,”  perjelas nenek pada mereka berdua. Mereka langsung mencoba armor masing-masing.



“senjatanya boleh juga, keren nih. Tapi kenapa armor Kut-ku ini tidak ada helm dan celananya.  Lebih baik aku tanyakan saja.” Kata Flinch kesal. Kemudian dia langsung ke tempat nenek bekerja dan berkata “nek, helm dan celananya mana? masa’ cuma 3 set saja”. “armornya memang begitu. Jika ingin helm dan celanya upgrade armormu hingga Kut-ku S, kau harus memiliki Kirin Hide dan Kut-ku ear+ sebagai bahan utamanya. Untuk helm dan celananya kau kan bisa memakai Battle armormu“ jelas nenek. “oh gitu ya, maafkan aku atas kesalahpahaman tadi” kata Flinch dengan menundukkan kepala. Sedangkan Marco sedang mengomel tentang penampilan armornya.



“apa-apaan ini?, bentuk senjataku mengerikan sekali, tapi untuk armornya…. armor macam apa ini?, bentuknya aneh. Ada roknya pula. Haah, ya sudahlah” Tutur Marco yang perasaannya campur aduk. Setelahnya, mereka pergi ke asrama untuk menyiapkan bekal apa saja yang perlu dibawa.

Pukul 18.00, semua hunter yang akan dikirim ke kota Oasis telah bersiap-siap di gerbang timur desa. “10 orang, masih kurangg 2 orang lagi, mana kedua orang itu. Apa belum datang?” Tanya Chief. “kami disini Chief, maaf kami telat karena armor dan senjata kami baru selesai dibuat.” Ujar Marco. “baiklah semua sudah berkumpul disini, tentang misi nanti akan dijelaskan oleh hunt instructor. Sekarang naiklah ke balon udara. Ingat pesanku ‘berburu atau diburu’ selamat bersenang-senang disana” Kata Chief desa Jumbo.

                Semua hunter naik ke balon udara tersebut, waktu keberangkatan tiba. Para kawanan monster dessert  telah menanti kedatangan mereka semua. Seperti apa perjuangan Marco dan kawan-kawan menghadapi para monster itu?. Part 4 END……

To Be Continued…….

Story Writer : Rojik Ojik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

budayakan berkomentar pada kolom yang tersedia dengan sopan. Jika ingin mengcopy isi blog harap disertakan sumbernya dan meminta ijin terlebih dahulu, hargai penulisnya. Salam Blogger :D